Seperti biasanya, setiap pagi Minggu aku rutin untuk merawat taman bunga yang ada di pekarangan rumah. Menyiangi dengan mencabut rerumputan yang tumbuh di sekeliling bunga-bungaku, memberinya pupuk, kadang-kadang memotong dahan-dahan untuk merapikan supaya kelihatan lebih cantik dipandang mata. Terakhir baru disiram pakai air PAM.
Karena kecintaan terhadap bunga, setiap pergi ke rumah teman, dan lihat bunga yang rasanya di rumah belum ada, pasti aku minta. Kadang teman tu gak mau, ku pakai jurus rengek alias memelas. Gak juga mau, ku keluarkan jurus pamungkasku yaitu meminta sama orang tuanya.
Biasanya kalau ilmu pamungkas udah keluar, siapapun tak kan bisa menghalanginya lagi..
Minggu pagi ini, aku tetap melaksanakan tugas rutin. Aku mulai dari yang sebelah barat. Kebetulan rumahku seperti letter L diman ruang tamunya menghadap ke utara sedangkan sisi yang sebelah kanan menghadap ke barat. Dimulai dari sebelah barat dengan tujuan kalau matahari nanti udah naik, bahagian itu yang panas duluan.
Saking asyiknya menyiangi bunga, aku dikejutkan oleh sapaan 4 orang pemuda, yang sepertinya pulang dari lari pagi. "Hai cewek.. rajin ni, ye..!" "Boleh kita bantuin, nggak..?" "Judes, amat ini cewek.." Aku bengong aja liat tingkah laku mereka. Hampir setiap pagi seperti itu. Apa gak bisa liat orang senang ya.. Dasar cowok..! pikirku dalam hati. Karena aku diamin, mereka pergi dan berlalu. Dan akupun kembali sibuk dengan pekerjaan ku.
Matahari sudah mulai naik, udah mulai terasa panas. Aku pun sudah hampir selesai membabat habis rumput yang ada di kebun bungaku. Pekerjaan terakhir adalah menyiram menggunakan air PDAM yang sudah disambung oleh ayahku dengan selang inch, dimana di bagian ujungnya sudah dilengkapi dengan alat semprot, sehingga aku tinggal pencet.
Saat menyiram bunga ke arah barat, aku melihat seorang lelaki yang berdiri di rumah sebelah. Memang aga jauh tu, karena antara rumahku dengan rumah tetangga sebelah dipisahkan oleh sebuah gang untuk akses ke rumah belakang. Karena di belakang rumahku masih banyak rumah-rumah tetangga.
Sepertinya dia memperhatikan aku. Cuek ajalah pikir ku, biasalah cowok, gak boleh liat wanita. Sambil menyiram bunga aku perhatikan juga dengan curi pandang, tapi cowok itu masih berdiri juga di sana yang sepertinya selalu memperhatikan gerak gerik aku.. Apa gak sinting ni cowok ya..! akhirnya ku beranikan untuk menatapnya langsung. Dia senyum padaku sambil mengangkat tangan kirinya dan menggerak-gerakkan jemarinya. Setelah itu dia pergi dan berlalu, sementara aku bengong aja sendiri melihat tingkahnya. Tapi sempat terpikir di benakku, apakah dia itu salah satu dari empat cowok yang tadi pagi itu ngusilin aku.. Entahlah...!
Seminggu berlalu, seperti biasa hari Minggu aku melaksanakan kembali tugas rutinku. Tugasku memang hanya hari Minggu saja. Kalau hari-hari lainnya, bungaku biasanya disiram oleh ayahku, kadang ibu kalau sedang lagi senggangnya. Saat aku menyiram bunga tersebut, aku di kagetkan kembali oleh seseorang yang berdiri di rumah sebelah gang itu. Seperti biasanya, saat aku lihat, dia tersenyum dan melambaikan jemarinya dan pergi berlalu begitu saja.
Otakku dibuat berputar tujuh keliling. Ini orang, apa iblis, syetan apa malaikat... Sebelum dianya pergi, aku sempat menatap wajahnya agak lama. Ku plototin dari ujung rambut sampai ke kakinya. Ganteng juga ni anak he..he.. Tapi koq segitu coolnya. Senyum, lambaikan tangan, pergi.. Gak tau kemana.. kembali ke alamnya kali ya.. idiiih ngeri juga...
Hari Senin keesokan harinya, agak berbeda dari biasanya.. Entah karena apa, aku pengen pergi agak pagi. Padahal jarak rumah ke sekolahku hanya lebih kurang 100 meter. Biasanya lima atau sepuluh menit sebelum bel berbunyi baru aku berangkat ke sekolah. Tak pernah terlambat. Namun hari ini lain, jam setengah tujuh aku udah siap.
Aku ingin pergi pagi-pagi. Orang tuaku pun agak heran tu, saat aku pamitan, cium tangan ayah, cium tangan ibu, mereka sempat nanya "Koq hari ini perginya pagi betul, nak.." Aku mau jawab apa ya.. mutar tu otak, langsung kujawab, "Ada PR yang belum selesai Yah.. Pagi ini janjian ama teman untuk mengajari aku.." kata ku berbohong. "Oo...ya, pergilah hati-hati ya..!" kata ayah ibu hampir bersamaan. Aku langsung lari keluar, sambil bilang "Assalamualaikum..!" tujuannya supaya di wajahku tidak kelihatan kalau aku berbohong sama orang tua.
Setelah keluar dari pintu pagar, aku melihat ke depan dan ke belakang.. masih sepi. Belum ada seorangpun kelihatan pagi tu. Ku telusuri jalan dengan santainya. Setelah melewati gang yang di samping rumahku, aku dikejutkan oleh seseorang yang memanggil namaku. "Bunga...!" Aku mencari dari mana sumber suara itu. Aku menoleh ke kiri.. Jantungku serasa mau copot. Rupanya yang memanggil ku itu, makhluk yang jadi-jadian yang setiap hari Minggu berdiri di rumah ini, senyum, melambaikan tangan, ngilang. Aku perhatikan lagi. Keren juga.. Masih pakaian sekolah, baju dimasukkan, tasnya sandang samping. Kelihatan rapi dan sangat rapi. Meskipun yang digunakannya bukan baju baru. Saat aku terbengong-bengong, di kagetkan lagi dengan suaranya, "Boleh aku pergi bareng kamu..?" Saking kagetnya aku menjawab terbata-bata,
"B..b..bo..leh",
"Terima kasih" katanya dengan senyumnya..
Kami berjalan santai berdua, ngobrol-ngobrol ringan. Aku tahu dari perkenalan tadi bahwa namanya Rangga. Sampai di sekolahku aku membelok masuk gerbang. Seperti biasanya saat dia menghilang dia tetap tersenyum dan melambaikan jemari tangannya. Aku masuk ke kelas, pikiranku menerawang.. Rupanya cowok itu kost di rumah tetanggaku. Dari obrolan tadi aku tahu bahwa dia kost di sana udah lebih 2 minggu. Karena sekolahnya lumayan jauh dari tempat kost, jadi dia pergi memang selalu pagi. Dan pulangnya selalu sore hari. Orang yang kusangka sangat cool dulu ternyata salah, anaknya periang, ceria, enak diajak ngobrol.. aku suka..ah, jadi malu..!
Keesokan harinya kami pergi bareng lagi, mungkin orang tuaku merasa heran, ada perubahan pada diri anaknya. Yang biasanya sudah susah membangunkan, sekarang malah anaknya yang bangun duluan. Susah disuruh mandi, kalau belum jam tujuh tu belum nak mandi, sekarang setengah tujuh udah ready. Tapi cuek ajalah he..he..
Hari-hari berlalu dengan senyum. Setiap pagi ada aja ceritanya yang bisa membuat aku ketawa. Aku senang sekali, karena jarang aku bisa ketawa lepas seperti ini, baik di rumah atau pun di sekolah. Pada suatu pagi, aku dibuat sport jantung lagi ama ini cowok.. Sebelum aku masuk ke gerbang sekolah, aku ditahannya dulu, "Bunga.. sebentar..! " katanya. "Aku sudah lama memperhatikanmu, sikapmu, gayamu, aku suka padamu... Maukah kamu jadi teman dekatku..? Aku terdiam, tertunduk, rasanya tak berani melihatnya karena rasanya mukaku memerah. Aku langsung lagi.. lari ke gerbang sekolahku.
Sementara ku dengan dia memanggil-manggil namaku. "Bunga..." "Bungaaa.." Aku senang bukan main, aku suka padanya, aku mau jadi pacarnya, tapi aku malu tuk mengatakannya. Kira-kira aku belok ke lokal, baru aku melihatnya. Kulihat dia masih terpaku menunggu jawaban dariku. Aku senyum, lalu aku dekatkan tangan kanan ke bibirku, lalu kulambaikan tangan padanya.. Aku lihat dia tersenyum juga sambil mengepalkan tangannya. "Yess..." katanya, dia pun pergi berlalu..
Sejak hati itu, kulalui hari - hari dengan ceria, dengan senyum bahagia. Semoga cowok yang semula kuanggap lelaki jadi-jadian ini bisa membimbingku dunia dan akhirat kelak, Aamiin....
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Jiranku, Idolaku....", Klik untuk baca:
Kreator: Alfred Anwar
Kompasiana adalah platform blog, setiap konten menjadi tanggungjawab kreator.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com